Sunday 31 March 2013

Cerpen : Siapa Pencurinya?

Siapa Pencurinya?

          Henry Ernie, seorang anak kelas 4, sangat suka menghamburkan uangnya untuk mainan dan berbagai jajanan pasar. Setiap pagi, sebelum berangkat ke sekolah, ia selalu meminta uang saku kepada orang tuanya. Ayah-Ibu Henry yang sangat memanjakannya memberikan Henry uang saku dalam nominal yang lumayan tinggi, Rp 15.000,00 per hari. Karena Henry berlaku sangat boros maka uang saku yang dibawanya selalu habis.

          Suatu hari, orang tua Henry sedang mengalami krisis ekonomi. Tagihan-tagihan mulai melonjak, harga produk kebutuhan sehari-hari mulai naik secara drastis. Akibatnya, uang saku yang diberikan kepada Henry mulai berkurang. Yang semula seharga Rp 15.000,00 menjadi Rp 10.000,00. Henry yang boros lama-kelamaan kesal dengan perlakuan ini.

          Keesokan harinya, Henry meminta uang saku seharga Rp 20.000,00. Orang tuanya terkejut dengan permintaan anaknya dan berkata, "Maaf, Nak. Papa-mama tidak bisa memberikan uang sebanyak itu. Nih, uang sakunya Rp 12.000,00 saja, ya." Henry dengan jengkelnya melempar uang itu ke tanah dan segera berlari masuk ke kamar orang tuanya dan mengunci pintu kamar tersebut. Melihat keadaan Henry, orang tuanya merasa sangat sedih sekaligus marah. Tetapi, orang tuanya hanya bisa mengelus dada. Mereka tidak tega memarahi Henry.

          Dari dalam kamar, Henry mengintip-intip orang tuanya yang tampak sedih. Henry bukannya merasa bersalah, ia malah membuka-buka dompet orang tuanya yang tergeletak di meja belajar di dalam kamar. Di dalam dompet Ibunya, Henry menemukan uang  Rp 20.000,00. Diambilnya uang itu dan dimasukkan ke dalam kantong bajunya. Ternyata, Henry belum juga puas, ia membuka dompet Ayahnya dan menemukan uang sejumlah Rp 50.000,00. Diambil juga uang itu dan dimasukkan ke dalam kantongnya. Setelah puas, Henry melihat jam dan menyadari bahwa sudah jam 06.30, ia harus bergegas ke sekolah. Maka, Henry segera mengambil tasnya dan memanggil orang tuanya untuk mengantarnya ke sekolah.

          Sesampai di sekolah, Henry masuk ke kelas, disusul Ibu Guru. Ibu guru memulai pelajaran IPA. Tetapi, selama pelajaran, Henry tidak bisa konsentrasi, ia terus memikirkan apa yang bisa dibelinya di kantin ketika istirahat. Ia terus melamun sampai bel istirahat berbunyi. Kriiinnggg... Henry segera berlari menuju kantin dan membeli berbagai makanan dan mainan sampai akhirnya uangnya habis dibelanjakan. Sepulang sekolah, Henry melihat orang tuanya membuka-buka dompet untuk mencari uang yang telah diambilnya. Orang tuanya mulai curiga terhadap Henry, tetapi tidak berani menanyakan Henry tentang uang itu karena mereka takut Henry marah karena orang tuanya terlalu sanyang pada Henry. Maka, orang tuanya melupakan tentang peristiwa tersebut.

          Keesokan harinya terjadi lagi kejadian yang sama dan juga  hari berikutnya. Tidak tahan dengan kejadian ini, Ayah-Ibu Henry setuju untuk memasang jebakan di kamarnya.

          Esok harinya, Henry yang tidak sadar bahwa ia akan dijebak. Setelah memasuki kamar orang tuanya, ia segera mencari dompet orang tuanya di bawah kasur, di bawah meja tetapi tidak ketemu. Kemudian ia mencoba mencari di dalam kantong jas Ayahnya. Ketika ia memasuki tangannya ke dalam kantong tersebut, tangannya terjepit perangkap tikus. Henry menjerit dan menangis. Huaaaa... Orang tua Henry yang mendengar tangisan tersebut segera berlari ke kamar. Mereka melihat Henry yang malang tangannya terjepit perangkapnya dan berkata, "Henry... Henry..." sambil menggeleng-geleng kepala mereka. Semenjak hari itu, orang tuanya sudah tidak memanjakan Henry lagi.

 

No comments:

Post a Comment