Sunday 31 March 2013

Resep : Rainbow

Resep Rainbow

Resep : Dadar Gurih Kraft


Sumber : Buku Resep "Kraft Bread & Breakfast"
Resep Dadar Gurih Kraft

Cerpen : Bunga yang Indah

Bunga yang Indah

          Seorang Nenek yang sakit parah merasa sangat sedih. Karena itu tiap hari, ia melamun di rumah sakit. Suatu hari cucunya, Dawson, datang menjenguknya. Walaupun telah dijenguk cucunya, ia tetap murung. Melihat Neneknya bersedih, Dawson merasa kasihan terhadap Nenek, maka Nenek diajak jalan-jalan keliling kota bersama salah satu cucunya. Mereka berkeliling melewati bangunan-bangunan megah, makam dan akhirnya menghampiri sebuah taman yang ditanami berbagai bunga yang indah. Nenek melihat bunga-bunga itu dan meminta Dawson menemaninya melihat-lihat bunga-bunga tersebut. Dawson menuruti Neneknya dan berhenti sebentar di taman tersebut.

          Ketika Nenek melihat-lihat bunga, ia berkata, "Cu, lihatlah bunga-bunga ini. Apakah mereka indah sekali?" Dawson menjawab, "Iya, Nek. Mereka sangat indah." Tiba-tiba, Neneknya menangis. Dawson bertanya, "Mengapa Nenek menangis? Adakah yang mengganggu? Siapakah dia yang berani mengganggu Nenek? Akan saya beri dia pelajaran yang tak bisa dia lupakan!" Sambil menangis, Nenek menjawab, "Tidak ada yang mengganggu Nenek, hanya saja Nenek menyesal." Dawson kebingungan, "Menyesal apaan, Nek?" Nenek menjawab, "Nenek menyesal karena Nenek telah menghabiskan hidup Nenek dengan sia-sia. Nenek merasa telah gagal dalam hidup ini. Ketika Nenek SMA dulu, Nenek malas dalam belajar sekaligus manja. Karena malas, Nenek tidak lulus SMA dan tidak meraih prestasi apapun. Setelah itu, Nenek bertemu dengan Kakek dan mempunyai anak. Sekali lagi, karena Nenek malas, Nenek tidak mengerjakan pekerjaan rumah, melainkan menyuruh Kakek membersihkan rumah dan bekerja. Untung saja Kakek sangat baik dan tidak marah. Lalu, ketika anak-anak Nenek sudah besar, Nenek menyuruh mereka bekerja membersihkan rumah, sedang Kakek pergi bekerja. Nenek sungguh jahat." Setelah berkata demikian, Nenek mulai memukul dirinya sendiri. Melihat Neneknya memukul dirinya, Dawson segera menahan Neneknya dan berkata, "Nek, janganlah bodoh. Nenek masih memiliki banyak waktu untuk menebusnya." Nenek pasrah dan berkata, "Sudah tidak ada waktu lagi, Nenek sudah sakit dan dekat ajal." Dawson mulai menangis sekaligus berkata, "Nek, jangan berkata begitu. Hiks... Hiks... Hiks... Kalau Nenek pergi, apa yang akan terjadi pada saya?" Nenek berkata, "Cu, Nenek memiliki sebuah permintaan. Cucu mampu menepatinya, tidak?" Dawson menjawab, "Mampu, Nek. Apakah itu?" Nenek berkata, "Cu, janganlah kamu meniru sikap Nenek. Cu, jadilah seseorang yang dapat Nenek banggakan, mekarlah menjadi seseorang yang hebat, seperti bunga-bunga ini yang telah mekar menjadi bunga-bunga yang indah. Kabulkanlah permintaan Nenek ini, ya, Cu?" Dawson setuju dan menjawab, "Baiklah, Nek, saya akan berjuang menjadi seseorang yang dapat menjadi suatu kebanggaan." Nenek akhirnya merasa senang dan berkata, "Terima kasih, Cu." Setelah berkata demikian, Nenek menghembuskan nafasnya yang terakhir.

          Dawson melihat Neneknya yang tlah meninggal berteriak, "Nenek, bangunlah! Jangan tinggalkan saya, Nek! Nenek!!!" Dawson langsung menangis ketika Neneknya meninggal.

          Keesokan harinya, dilaksanakannya upacara pemakaman Neneknya. Dalam pelaksanaan upacara pemakaman Neneknya, suasana sunyi disertai doa-doa. Setelah doa, upacara pemakaman dilanjutkan dengan suasana hening. Ketika suasana hening, Dawson mendengar suara yang berbunyi, 'Cu, ingatlah pesan Nenek, dan janganlah bersedih karena Nenek akan selalu menyertaimu.' Mendengar suara itu, Dawson bertekad untuk menjadi lebih baik.

Cerpen : Janganlah Malas

Janganlah Malas

           Dewi, seorang murid SMP, sangatlah malas. Ia malas belajar, malas mengerjakan PR, malas mengerjakan pekerjaan rumah. Karena kemalasannya, nilainya sangat rendah. Namun ia juga takut bila orangtuanya melihat nilai-nilai itu, maka ia selalu menyembunyikan hasil ulangannya dan bukti-bukti lain yang menyatakan nilainya yang rendah.
           Suatu hari, ibunya menemukan surat-surat panggilan dan ulangan di bawah kasur Dewi. Ibunya sangat  kaget dan  sangat marah. Kemudian, ia memanggil Dewi. Dewi segera turun, namun ketika menghadap ibunya, ia menjadi gugup karena ulangan dan surat panggilannya sudah ada di tangan ibunya, maka ia berkata, "Ibu, saya dapat menjelaskan..." Sebelum Dewi bisa melanjutkan kata-katanya, ibunya menyela, "Dewi, mengapa kamu menyembunyikan ulangan-ulangan ini dan surat panggilan dari Ibu?Kamu takut bila Ibu menemukannya? Nah, sekarang kamu beritahu Ibu mengapa nilaimu begitu rendah dan apakah kamu tidak malu dengan nilai begini?!" Dewi menjawab, "Ya, Ibu, saya malu juga dengan nilai begini-" Ibunya menyela lagi, "Kalau malu, mengapa kamu tidak belajar? Kamu jangan kira Ibu tidak tahu kamu pemalas, ya, karena Ibu melihat sendiri kamu tidak mengerjakan pekerjaan rumah yang Ibu berikan." Dewi kemudian berkata, "Lalu? Mengapa Ibu tidak memarahi saya, hah?!" Mendengar Dewi berkata demikian, Ibunya menjadi sangat marah, "Kamu, nih, tidak sopan sekali. Kamu tahu tidak mengapa Ibu tidak menegurmu? Itu karena Ibu kira kamu sedang belajar. Ketika Ibu menyuruh kamu mengerjakan pekerjaan rumah, kamu langsung berjalan ke kamar. Oh rupanya Ibu salah, ternyata kamu tidak belajar, kamu hanya malas-malasan di kamar.  Mulai sekarang kamu harus mengerjakan pekerjaan rumah, PR dan belajar. Kalau tidak, nanti Ibu sita komikmu, HP-mu dan segala barang kesenangan kamu. Tahu, tidak? Kalau kamu malas, nanti ketika dewasa, kamu tidak dapat bekerja. Kalau kamu tidak dapat bekerja, kamu akan makan apa, berbaju apa dan tinggal di mana? Sekarang kamu ke kamarmu, dan pikirkan apa yang Ibu katakan."
          Dewi menjadi sedih dan langsung ke kamarnya. Di kamar, ia mengambil buku pelajaran dan mulai membacanya. Belum sampai 1 paragraf, Dewi sudah tertidur. Dalam tidur itu, ia bermimpi bahwa ia berada di dalam sebuah ruangan yang gelap dan panas. Di ruangan itu, ia melihat seorang pria yang berbaju merah. Pria itu juga melihat Dewi dan memanggilnya, "Hai, Dewi, datanglah ke sini" Dewi ketakutan dan bertanya, "Siapakah kamu? Dan bagaimanakah kamu bisa mengetahui namaku?" Pria itu menjawab, "Namaku Lucifer dan kamu adalah anak yang banyak bertanya. Sudahlah percaya saja padaku dan kemarilah." Karena mengira Lucifer adalah orang baik, maka ia menuruti perintahnya. "Itu barulah anak yang baik. Sekarang Lucifer akan mengadakan sebuah permainan yang bernama "Kuis Lucifer" karena Lucifer tahu kamu suka bermain." kata Lucifer. "Ya, betul, saya sangat suka bermain. Ayo, kita mulai!" kata Dewi bersemangat. "Baiklah, pertama, kamu pilih antara buku pelajaran dan komik. Pilih yang mana?" tanya Lucifer. "Aku pilih komik" jawab Dewi. "Hahaha... Baiklah sekarang kamu baca selama setengah jam dan kita akan memulai kuis ini." kata Lucifer. "Baiklah." Setelah berkata demikian, Dewi mulai membaca.
          Belum 15 menit, Dewi sudah sampai halaman 14 dari 20 halaman. Di halaman 14, Dewi menyadari bahwa Lucifer adalah setan. Dewi merasa ketakutan dan mencoba untuk kabur dari tempat itu. Tetapi, aksinya ketahuan oleh Lucifer. Lalu, Lucifer berkata, "Aduh, lama sekali baru kamu tahu bahwa aku adalah setan, baiklah mari kita mulai permainan ini. Setelah mulai kamu tidak boleh kabur, ya. Hahaha..." Sesuai perkataan Lucifer, permainan langsung dimulai. "Begini aturannya, kamu hanya mempunyai satu kesempatan saja. Kita mulai dengan pertanyaan yang sangat mudah, berapakah -10+(-12)?" tanya Lucifer. "Aduh, sulit sekali. Emm... 21!" jawab Dewi. "Ooh... mendekati, tetapi salah. Jawabannya -22. Karena kamu menjawab salah, maka kamu tidak boleh keluar dari tempat ini, sesuai perjanjian kita." jawab Lucifer licik. "Perjanjian apa? Saya sama sekali tidak membuat perjanjian denganmu. Terus mengapa hanya satu soal, tidak adil!" komplain Dewi. "Hah, kamu tidak ingat, ya? Kan, Lucifer sudah memberi tahu kamu. Oh ya, Lucifer ternyata lupa memberi tahu kamu, deh... Oops... Hahaha..." Kemudian Lucifer mengambil kunci dan mengunci pintu dari luar. Dewi langsung memohon, "Saya mohon, Lucifer, keluarkan saya dari tempat ini!" Namun, Lucifer tetap tidak memperbolehkannya keluar, "Apa yang masuk tidak boleh keluar. Hahaha..." Dewi menangis sambil berkata, "Saya mau pulang, saya mau pulang..."
            "Saya mau pulang, saya mau pulang..." Kemudian Dewi membuka mata dan melihat ke sekitarnya. "Wah, saya sudah pulang. Terimakasih, Tuhan, karena Engkau telah memberikan saya satu kesempatan lagi, saya berjanji akan belajar dengan rajin."
            Ternyata, janji yang dibuatnya bukan sekedar omong doang. Hal itu terbukti ketika 10 tahun kemudian, tepatnya ketika kelulusan perguruan tinggi, Dewi mendapatkan penghargaan tertinggi dan diminta untuk berpidato. Setelah berpidato, Dewi turun dari panggung dan menghampiri orangtuanya. "Ayah, Ibu, terimakasih atas dukungannya selama ini. Terutama Ibu yang dahulu pernah menasehati saya untuk belajar yang rajin." Orangtuanya meneteskan air mata tanda kebanggaannya kepada anaknya dan langsung memeluk anaknya sambil berkata, "Kami bangga kepadamu, Nak."
           
 

Cerpen : Siapa Pencurinya?

Siapa Pencurinya?

          Henry Ernie, seorang anak kelas 4, sangat suka menghamburkan uangnya untuk mainan dan berbagai jajanan pasar. Setiap pagi, sebelum berangkat ke sekolah, ia selalu meminta uang saku kepada orang tuanya. Ayah-Ibu Henry yang sangat memanjakannya memberikan Henry uang saku dalam nominal yang lumayan tinggi, Rp 15.000,00 per hari. Karena Henry berlaku sangat boros maka uang saku yang dibawanya selalu habis.

          Suatu hari, orang tua Henry sedang mengalami krisis ekonomi. Tagihan-tagihan mulai melonjak, harga produk kebutuhan sehari-hari mulai naik secara drastis. Akibatnya, uang saku yang diberikan kepada Henry mulai berkurang. Yang semula seharga Rp 15.000,00 menjadi Rp 10.000,00. Henry yang boros lama-kelamaan kesal dengan perlakuan ini.

          Keesokan harinya, Henry meminta uang saku seharga Rp 20.000,00. Orang tuanya terkejut dengan permintaan anaknya dan berkata, "Maaf, Nak. Papa-mama tidak bisa memberikan uang sebanyak itu. Nih, uang sakunya Rp 12.000,00 saja, ya." Henry dengan jengkelnya melempar uang itu ke tanah dan segera berlari masuk ke kamar orang tuanya dan mengunci pintu kamar tersebut. Melihat keadaan Henry, orang tuanya merasa sangat sedih sekaligus marah. Tetapi, orang tuanya hanya bisa mengelus dada. Mereka tidak tega memarahi Henry.

          Dari dalam kamar, Henry mengintip-intip orang tuanya yang tampak sedih. Henry bukannya merasa bersalah, ia malah membuka-buka dompet orang tuanya yang tergeletak di meja belajar di dalam kamar. Di dalam dompet Ibunya, Henry menemukan uang  Rp 20.000,00. Diambilnya uang itu dan dimasukkan ke dalam kantong bajunya. Ternyata, Henry belum juga puas, ia membuka dompet Ayahnya dan menemukan uang sejumlah Rp 50.000,00. Diambil juga uang itu dan dimasukkan ke dalam kantongnya. Setelah puas, Henry melihat jam dan menyadari bahwa sudah jam 06.30, ia harus bergegas ke sekolah. Maka, Henry segera mengambil tasnya dan memanggil orang tuanya untuk mengantarnya ke sekolah.

          Sesampai di sekolah, Henry masuk ke kelas, disusul Ibu Guru. Ibu guru memulai pelajaran IPA. Tetapi, selama pelajaran, Henry tidak bisa konsentrasi, ia terus memikirkan apa yang bisa dibelinya di kantin ketika istirahat. Ia terus melamun sampai bel istirahat berbunyi. Kriiinnggg... Henry segera berlari menuju kantin dan membeli berbagai makanan dan mainan sampai akhirnya uangnya habis dibelanjakan. Sepulang sekolah, Henry melihat orang tuanya membuka-buka dompet untuk mencari uang yang telah diambilnya. Orang tuanya mulai curiga terhadap Henry, tetapi tidak berani menanyakan Henry tentang uang itu karena mereka takut Henry marah karena orang tuanya terlalu sanyang pada Henry. Maka, orang tuanya melupakan tentang peristiwa tersebut.

          Keesokan harinya terjadi lagi kejadian yang sama dan juga  hari berikutnya. Tidak tahan dengan kejadian ini, Ayah-Ibu Henry setuju untuk memasang jebakan di kamarnya.

          Esok harinya, Henry yang tidak sadar bahwa ia akan dijebak. Setelah memasuki kamar orang tuanya, ia segera mencari dompet orang tuanya di bawah kasur, di bawah meja tetapi tidak ketemu. Kemudian ia mencoba mencari di dalam kantong jas Ayahnya. Ketika ia memasuki tangannya ke dalam kantong tersebut, tangannya terjepit perangkap tikus. Henry menjerit dan menangis. Huaaaa... Orang tua Henry yang mendengar tangisan tersebut segera berlari ke kamar. Mereka melihat Henry yang malang tangannya terjepit perangkapnya dan berkata, "Henry... Henry..." sambil menggeleng-geleng kepala mereka. Semenjak hari itu, orang tuanya sudah tidak memanjakan Henry lagi.

 

Puisi Karya Chairil Anwar : Aku

AKU
Karya : Chairil Anwar

 Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi

Puisi Karya Muhammad Yamin : Gembala

Gembala
Karya : Muhammad Yamin

Perasaan siapa ta 'kan nyala
Melihat anak berlagu dendang
Seorang saja di tengah padang
Tiada berbaju buka kepala
Beginilah nasib anak gembala
Berteduh di bawah kayu nan rindang
Semenjak pagi meninggalkan kandang
Pulang ke rumah di senja kala
Jauh sedikit sesayup sampai
Terdengar olehku bunyi serunai
Melagukan alam nan molek permai
Wahai gembala di segara hijau
Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau
Maulah aku menurutkan dikau

Puisi Karya Chairil Anwar : Senja Di Pelabuhan Kecil

Senja Di Pelabuhan Kecil
Karya Chairil Anwar
Buat Sri Ajati
 
 Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
 
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
Menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak
 
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
 


Puisi Karya Asrul Sani : Surat dari Ibu

Surat dari Ibu
Karya Asrul Sani

Pergi ke dunia luas, anakku sayang
Pergi ke laut bebas
Selama angin masih angin buritan
dan matahari menyinari daun-daunan
dalam rimba dan padang hijau
Pergi ke laut lepas, anakku sayang
Pergi ke alam bebas
Selama hari belum petang
dan warna senja belum kemerah-merahan
Jika bayang telah pudar
dan elang laut pulang ke sarang
angin bertiup ke benua
tiang-tiang akan kering sendiri
dan nakhoda sudah tak berpedoman
boleh engkau datang padaku
Kembali pulan anakku sayang
Kembali ke balik malam
Jika kapalmu telah rapat ke tepi
kita akan bercerita
"tentang cinta dan kehidupanmu di pagi hari"

Puisi Karya Chairil Anwar : Doa

Doa
Karya : Chairil Anwar
Kepada pemeluk teguh

Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut nama-Mu
Biarlah susah sungguh
meningat Kau penuh seluruh
cayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
aku hilang bentuk
remuk
Tuhanku
aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
dipintuMu aku mengetuk aku tidak bisa berpaling

Resep : Melon Jazzy

Melon Jazzy



Lama pembuatan 30 menit
Untuk 5 gelas @125 ml

Bahan
200 g es batu
2 sdm madu
2 sdm jeruk manis bubuk, siap pakai
250 g daging buah rock melon yang manis dan harum, iris dadu 2 cm
2 kaleng minuman bersoda daun mint, jeruk orange iris, dan manisan ceri merah untuk hiasan

Cara Membuat
1. Dinginkan gelas saji dalam kulkas beberapa jam sebelumnya, sisihkan.
2. Dalam mangkuk blender, masukkan berturut-turut : es batu, madu, jeruk manis bubuk, melon, minuman bersoda. Proses hingga halus.
3. Segera tuangkan ke dalam gelas dingin. Tambahkan beberapa potong es batu jika perlu jika perlu, garnis dengan bahan hiasan. Sajikan segera.

 

Puisiku : Waktu

Waktu

Waktu...
Sungguh cepat jalannya
Jam per jam hari per hari
Oh... Sungguh cepat ia berlalu

Waktu...
Engkau berjalan cepat
Sementara aku hanya malas-malasan

Waktu...
Seandainya engkau bisa menungguku
Dengan begitu
Aku dapat memperbaiki menit demi menit yang tlah berlalu begitu saja
Namun hal itu tak mungkin terjadi

Aku malas
Akibatnya aku tlah kehilangan detik-detik yang berharga
Detik-detik yang dapat kuisi dengan perjuangan

Aku menyesal
Seharusnya aku merebut peluang ketika waktu memberiku kesempatan
Oh... Aku tlah menyia-nyiakan waktu

Puisiku : Pemandangan di Atas Gunung

Pemandangan di Atas Gunung

Naik ke puncak gunung
Sesampai di puncak kulihat berbagai pemandangan
Ada burung beterbangan, ada hutan-hutan indah
Ah... Bermacam-macamlah pemandangan indah

Tetapi...
Ada juga pemandangan yang buruk
Dari puncak gunung jugalah kulihat kehidupan yang sangat gelap
Perampokan, penculikan,
Yang kaya memeras yang miskin
Dan sebagainya

Kemanakah kebaikan dalam dunia ini?
Tiadalah obat untuk memulihkan kebaikan yang pudar?
Apa jadinya dunia ini yang penuh dengan kegelapan?

 

Funny Picture : Smile

Have a Smile to Start Your Day
 

Resep : Udang Goreng

Udang Goreng

Lama pembuatan 1 jam
Untuk 6 orang

Bahan
400 g udang segar berukuran sedang, buang kepala dan kulitnya
2 buah cabai merah, haluskan
4 cm kunyit bakar, haluskan
11/2 sdt air jeruk nipis
1 sdt garam
minyak untuk menggoreng

Cara Membuat
1. Aduk rata udang, cabai, kunyit, air jeruk nipis, dan garam. Diamkan selama 10 menit agar bumbu meresap.
2. Goreng udang dalam minyak panas di atas api besar hingga berubah warna dan matang. Angkat, tiriskan, sajikan.
 

Resep : Roti Bakar Pisang Madu Kraft

Roti Bakar Pisang Madu Kraft

Waktu memasak : 5 menit
Untuk 2 porsi

Bahan
4 lbr roti tawar
1 sdm margarin
50 ml madu
6 buah pisan raja, pipihkan
50 gr selai coklat
100 gr Kraft Cheddar, parut

Cara Membuat
1. Panaskan margarin dalam wajan datar lalu masukkan pisang, masak hingga matang, angkat lalu masukkan roti tawar, bakar hingga kuning kecoklatan, angkat.
2. Olesi roti bakar dengan selai coklat lalu beri pisang, Kraft Cheddar parut, dan madu, tumpuk kembali dengan roti lalu beri Kraft Cheddar parut di atasnya dan siram dengan madu, sajikan.


Sumber : Buku Resep "Kraft Bread & Breakfast"

Resep : Omelet Lipat Kraft

Sumber : Buku Resep "Kraft Bread & Breakfast"
Resep Omelet Lipat Kraft

Resep : Roti Bakar Smoked Beef Kraft

Resep Roti Bakar Smoked Beef Kraft

Sumber : Buku Resep "Kraft Bread & Breakfast"

 

Resep : Kraft Scrambled Egg Sandwich

Kraft Scrambled Egg Sandwich

Waktu memasak : 7 menit
Untuk 4 porsi

Bahan
8 lbr roti tawar, potong kotak
1 sdm margarin

3 btr telur
100 ml susu cair
2 sdm saus tomat
1 sdm sambal botol
1 sdm Mayonnaise
4 lbr Kraft Singles BBQ Chicken
1 buah tomat, iris tipis
4 lbr daun selada
Sedikit garam & merica

Cara Membuat
1. Olesi roti tawar dengan margarin hingga rata dan tipis, lalu masak di atas wajan/grill plate panas, masak hinga harum dan kecoklatan, angkat.
2. Kocok telur, susu cair, merica dan garam, aduk hingga tercampur rata. Panaskan wajan anti lengket, beri sedikit margarin lalu tuang adonan telur, aduk-aduk hingga telur matang dan membentuk orak-arik, angkat.
3. Campur saus tomat, sambal botol, dan mayonnaise, aduk rata lalu oleskan tipis ke dasar roti, ratakan.
4. Siapkan roti lalu isi berturut-turut dengan selada, telur orak arik, irisan tomat dan Kraft Singles BBQ Chicken, tutup kembali dengan roti di atasnya, sajikan.


Sumber : Buku Resep "Kraft Bread & Breakfast"

Thursday 28 February 2013

Puisiku : "Masa Kecil Yang Berlalu"

 
Masa Kecil yang Berlalu
 
Ah... Sungguh menyenangkan masa kecilku
Bermain sepuasnya, dimanjain orang tua
 
Ah... Sungguh menyenangkan masa kecilku
Sayangnya semua itu akan berlalu
 
Masa kecilku akan lenyap
Sudah waktunya menyongsong masa dewasa
 
Sudahlah waktuku bertumbuh
'Tuk menghadapi tantangan di masa depan